PASTOR IBRAHIM LAGAN

PASTOR IBRAHIM LAGAN
Salam sejahtera dalam kasih jesus kristus.Saya memuji tuhan kerana pada hari ini,semua yang kita usahakan dapat kita saksikan dengan nyata keranaanugerah tuhan maka pelayanan KBM Hebron berada sebagaimana adanya pada hari ini.Saya ingin mengambil kesempatan ini untuk menghargai serta mengucapkan banyak terima kasih pada semua saudara dan saudari yang bekerja kerasselama ini.khususnya Pastor Ruran.Elder Chew ,Ps Sigar dan Ps Ivung.Saya sekali lagi ingin katakan puji tuhan dan semoga tuhan memberkati kamu sekalian.Pelayanan KBM di mulakan oleh tiga orang di bawah naungan Gereja Immanuel Muar pada 1.1.2003 di kawasan Skudai Parade.mereka memulakan dengan 5 keluarga.2 tahun kemudian,anggotanya mencapai 50 pada 1.02.2005.Oleh kerana anugerahnya melalui pelayanan serta pengorbanan mereka ini,sekian banya orang di selamatkan di kawasan Skudai Parade.Inilah doa dan harapan kita bagi semua KBM Presbyterian Malaysia

Sunday, 31 July 2011

RENUNGAN FIRMAN TUHAN


Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi. Matius 21:21
Bacaan Alkitab : Markus 9:19-23
(19) Maka kata Yesus kepada mereka: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!” (20) Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. (21) Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: “Sudah berapa lama ia mengalami ini?” Jawabnya: “Sejak masa kecilnya. (22) Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” (23) Jawab Yesus: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”

Sunday, 19 June 2011

Tuesday, 22 March 2011

PERTANDINGAN BADMINTON PERSAHABATAN KBM HEBRON SKUDAI

SHALOM...KEPADA JEMAAT HEBRONITI BM DAN BI.
DISINI KAMI INGIN MEMAKLUMKAN BAHAWA KBM HEBRON AKAN MENGANJURKAN PERTANDINGAN BADMINTON PERSAHABATAN DI ANTARA KBM BI DAN BM.
PERTANDINGAN INI AKAN DI ADA KAN PADA TANGGAL 2 MEI 2011 IAITU PADA HARI ISNIN PUKUL 9AM
PERTANDINGAN INI HANYA UNTUK LELAKI SAHAJA SECARA BEREGU.
YURAN BAGI PENYERTAAN ADALAH RM10 SETIAP SEORANG
DAN PEMENANG AKAN MENDAPAT HADIAH DARI PIHAK PENGANJUR PADA AKHIR PERLAWANAN ITU NANTI.
DAN KAMI MENYERU KEPADA JEMAAT HEBRON YANG INGIN MENYERTAI PERTANDINGAN TERSEBUT HENDAKLAH MENDAFTAR PADA BULAN APRIL NANTI
UNTUK PERKEMBANGAN DAN PERTANYAAN LEBIH LANJUT LAGI, SILA HUBUNGI ATAU BRJUMPA DENGAN PASTOR IBRAHIM LAGAN. SEKIAN TERIMA KASIH
SHALOM DAN TUHAN MEMBERKATI KITA SEMUA....
AMEN

Monday, 21 March 2011

Saturday, 19 March 2011

CELL GROUP BERSAMA KELUARGA LIANG & GITTY DI SELESA JAYA SEMPENA MENYAMBUT HARI JADI ANAK MEREKA

RUMAH RICHARD DI SKUDAI PRADE

RUMAH LIANG DI SELESA JAYA



Wednesday, 16 March 2011

Wednesday, 2 March 2011

AJK DAN KOMUNITY HEBRON SKUDAI

AJK DAN KOMUNITY KBM HEBRON


DOA PENYEMBUHAN

AJK DAN KOMUNITY HEBRON


Wednesday, 23 February 2011

Sunday, 26 September 2010

ACARA PENYERAHAN ANAK DARI PAK GERINA







BERBAHAGIALAH ORANG YANG MURAH HATINYA



Matius 5:7


Pesan yang kelima dari 10 tentang ‘Ucapan Bahagia’


Disampaikan oleh Pdt. Eric Chang


pada tanggal 16 Maret 1980

 

Kita melanjutkan pelajaran Firman Allah pada kata-kata Tuhan Yesus dalam Injil Matius 5:7. Di sini kita membaca: “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” Sebagaimana kita telah lihat dari minggu ke minggu, ada begitu banyak kekayaan yang Tuhan Yesus padatkan ke dalam ungkapan yang singkat ini. Dan karena mengandung begitu banyak kekayaan, saya benar-benar bingung ketika saya melihat beberapa buku tafsiran yang hanya memberikan sedikit ulasan atas setiap Ucapan Bahagia tersebut. Beberapa dari penafsiran tersebut membutuhkan lebih banyak penafsiran dari ayat itu sendiri. Sejujurnya saya kadang merasa cukup kecewa dan itulah sebabnya saya sangat jarang membaca buku-buku tafsiran. Saya harus mengakui bahwa saya tidak memiliki kecenderungan besar untuk membaca buku-buku tafsiran, tetapi kapanpun ketika saya membacanya, seringkali saya menemui lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, karena ungkapan-ungkapan Tuhan Yesus tersebut begitu dalam, begitu berharga.






Orang Yang Murah Hati Beroleh Keselamatan






Apa artinya ungkapan tersebut? Sebelumnya marilah kita perhatikan hal berikut ini. Marilah kita mulai dari bagian akhir kalimat yang berbunyi: “karena mereka akan beroleh kemurahan.” Apa artinya beroleh kemurahan? Dari beberapa khotbah yang lalu, dapat kita simpulkan bahwa beroleh kemurahan pada dasarnya adalah beroleh keselamatan. Dengan kata lain, Tuhan Yesus sedang berbicara mengenai keselamatan. Mereka akan beroleh kemurahan, berarti mereka akan diselamatkan. Jadi pertanyaannya sekali lagi adalah: siapa yang akan diselamatkan? Jawaban Tuhan adalah: orang yang murah hati! Merekalah yang akan diselamatkan.






Izinkan saya menekankan kembali, sebab saya tidak akan bosan menekankan hal ini, bahwa ajaran Tuhan tentang keselamatan bukanlah suatu keselamatan berdasarkan pengakuan iman, juga bukan berdasarkan perbuatan. Tetapi merupakan keselamatan yang dijanjikan pada orang tipe tertentu, dalam hal ini digambarkan sebagai orang yang murah hatinya. Tipe orang tertentu! Jika Anda ingin diselamatkan, Anda harus menjadi orang tipe tersebut. Dan jika kita melihat tipe orang yang dimaksudkan Tuhan Yesus, kita menyadari bahwa pada dasarnya kita tidak mampu menjadi tipe tersebut kecuali oleh kasih karunia Allah. Justru hanya oleh kasih karunia Allah, atau lebih spesifik lagi oleh kasih karunia Allah yang mengubah kita, maka kita dapat menjadi orang tipe tersebut. Kita diselamatkan bukan hanya oleh iman saja, begitu juga bukan oleh perbuatan, melainkan oleh kasih karunia Allah yang mengtransformasi hidup kita. Kasih karunia yang mengtransformasi inilah yang mengubah kita menjadi tipe orang yang kita tidak mampu capai dengan kemampuan kita sendiri.






Secara Manusia Kita Tidak Murah Hati






Secara manusia kita tidak murah hati. Kita bukanlah orang yang murah hati. Tidak ada orang yang mendahulukan dirinya dan kepentingannya akan menjadi murah hati saat kepentingannya diganggu. Itu merupakan kejadian sehari-hari. Kita bisa melihat misalnya dari cara Anda berebut masuk ke dalam bus. Anda mau masuk ke dalam bis itu sebelum orang lain masuk, maka terjadi suatu persaingan tak terkendali. Itu menjadi masalah ‘free-for-all’ (tak terkendali). Orang-orang dari Hong Kong sangat mengenal masalah ‘free-for-all’ tersebut. Sebagaimana telah sering saya ceritakan, waktu saya tinggal bersama Betty dan Shirley di Shatin dan menikmati keramahan sambutan mereka, saya selalu keheranan saat saya berbaris menanti giliran masuk ke dalam bus dan saya berpikir, “Wow! Sejak kedatangan terakhir saya, orang-orang Hong Kong begitu berubah. Mereka begitu tertib. Mereka berbaris.” Namun saat bus tiba, barisan antrian itu langsung berantakan. Apa yang terjadi dengan antrian? Semula saya mengira semua akan masuk sesuai urutan baris antrian tetapi tiba-tiba orang-orang yang di belakang bergegas menuju ke depan dan orang-orang yang di depan, termasuk beberapa orang yang agak tua, berusaha mempertahankan posisi masing-masing dengan siku mereka dan barisan pun menjadi kacau. Murah hati? Tidak, tidak. Itulah “survival of the fittest”- kelangsungan hidup bagi yang terkuat. Kemurahan hati tidak lagi dibahas. Tentu saja jangan kita meremehkan para orang tua, di Hong Kong mereka memiliki banyak pengalaman bagaimana menggunakan siku mereka. Jadi ketika kita berbicara tentang kelangsungan hidup, saya kira mereka tidak akan sampai menjadi tua jika mereka tidak mempelajari seni kelangsungan hidup. Kemurahan hati bukanlah hal yang dibahas di saat-saat seperti itu. Pada dasarnya kita tidak murah hati. Tetapi inti jalan keselamatan adalah Allah mengubah kita. Kita akan menjadi orang-orang yang bermurah hati. Dan melalui imanlah kita menjadi orang yang murah hati.






Melalui Iman Yang Benar Kita Menjadi Murah Hati






Saya takut menyampaikan kata “iman” sebab kata ini seringkali disalahgunakan. Pada dasarnya, iman berarti komitmen. Berkomitmen berarti memiliki iman percaya seperti seorang pasien yang mempercayakan dirinya kepada tangan seorang dokter. Itulah iman. Apa yang seorang dokter akan lakukan terhadap diri seorang pasien, hanya dokter itu yang tahu. Tetapi itulah iman karena Anda perlu mempunyai komitmen semacam itu. Beriman bukan hanya berarti percaya bahwa dokter tersebut bagus dan bahwa ia dapat melakukan sesuatu. Beriman berarti Anda menyerahkan diri Anda sendiri sepenuhnya ke dalam tangan sang dokter dan membiarkan dokter itu melakukan apapun yang ia pandang baik untuk Anda. Itulah iman. Jadi iman berarti mempercayakan diri sepenuhnya ke dalam tangan Allah, menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya, mengijinkan Dia mengubah diri Anda, memulihkan Anda secara rohani. Apa saja yang kurang dari itu hanyalah pengakuan iman belaka. Pengakuan iman tidak dapat menyelamatkan Anda sama seperti suatu pengakuan bahwa dokter itu dapat menyembuhkan Anda. Kepercayaan itu tidak akan menyembuhkan Anda hingga Anda menyerahkan diri ke dalam tangan dokter tersebut dengan sepenuhnya dan tanpa ada yang dipertahankan. Bahkan hari ini rumah sakit membuat peraturan lebih ketat lagi. Sebelum melakukan suatu operasi, mereka meminta Anda menandatangani pernyataan yang menyatakan bahwa Anda tidak akan menuntut mereka meskipun operasi ternyata gagal. Mereka bebas dari semua tanggung jawab. Mereka akan mencoba mengusahakan yang terbaik (semoga mereka memang mengupayakan yang terbaik), namun jika mereka tidak berhasil, jangan menyeret mereka ke pengadilan hukum. Jadi iman berarti komitmen untuk menyerahkan diri ke dalam tangan Allah tanpa ada hal yang dipertahankan.






Saya mau mengatakan sekali lagi agar kita memahami dengan jelas sekali akan hal ini. Ajaran Alkitabiah tentang keselamatan bukanlah keselamatan berdasarkan pengakuan iman maupun perbuatan baik. Keselamatan adalah karena perubahan melalui iman yang merupakan penyerahan total, yakni menyerahkan diri sepenuhnya ke dalam tangan Allah sehingga Ia dapat melakukan apapun yang perlu atas diri Anda. Saya bukanlah orang yang murah hati, tetapi Allah dapat mengubah saya menjadi bermurah hati. Ini sangat penting untuk dipahami. Saya sangat menghormati Martin Lloyd Jones yang menjadi gembala di tempat saya beribadah selama bertahun-tahun. Tetapi terus terang saja saya sama sekali tidak memahaminya ketika ia berkata, “Jika benar demikian, maka tak seorangpun dapat diselamatkan”, maksudnya jika untuk dapat diselamatkan seseorang harus mengampuni dan bermurah hati, maka tak seorang pun dapat diselamatkan. Saya sama sekali tidak mengerti apa yang ia maksudkan dengan pernyataan itu. Tentu saja tak seorang pun dapat menyelamatkan dirinya dengan kekuatannya sendiri. Lantas apakah kasih karunia itu? Kasih karunia itu tidak lain adalah kasih karunia Allah. Apakah artinya kasih karunia itu jika kuasa Allah tidak mampu melakukan apa yang saya tidak sanggup perbuat dengan kekuatan saya sendiri?






Oleh Kasih Karunia, Kita Dapat Diubah Menjadi Murah Hati






Jadi waktu Martin Lloyd Jones berkata bahwa jika keselamatan bergantung pada kemurahan hati saya, maka tak seorang pun dapat diselamatkan, pernyataan itu benar dan juga salah pada waktu yang sama, tergantung apa yang dimaksudkan. Sekiranya saya tidak dapat diselamatkan kecuali dengan kekuatan dan perjuangan pribadi untuk menjadi murah hati, maka tentu saja akan sia-sia karena kita telah tahu bahwa sebagai manusia kita tidak mampu melakukannya. Tetapi Martin Lloyd Jones ingin mengatakan lebih dari itu. Ia ingin berkata bahwa dalam kondisi apapun keselamatan tak bergantung pada hal itu. Dengan penuh hormat dan rasa duka cita, saya menganggapnya sebagai penyangkalan kasih karunia. Ia menyangkal bahwa kasih karunia Allah dapat bekerja secara begitu efektif hingga membuat seseorang yang tidak murah hati menjadi orang yang murah hati, dan; seorang yang tidak dapat mengampuni menjadi orang yang mengampuni; orang yang tidak ramah menjadi orang yang ramah. Melainkan kasih karunia Allah dapat melakukan ini, lalu apa artinya kasih karunia? Apakah kasih karunia itu? Apa artinya menjadi manusia baru? Apakah masih ada arti yang sisa? Saya harus mengatakan bahwa menurut definisi Martin Lloyd Jones, kasih karunia tidak mempunyai arti lebih dalam, karena kasih karunia sama sekali tidak mengubah siapa pun. Jika demikian, saya tidak punya Injil untuk diberitakan. Saya tidak tahu apakah masih ada yang bisa dikhotbahkan.






Mengajarkan pengampunan tanpa mengubah siapa pun (dan itu saja yang Martin Lloyd Jones ingin katakan: bahwa kasih karunia adalah sekadar pengampunan), saya harus katakan bahwa saya tidak dapat menganggapnya sebagai pengajaran Alkitabiah. Saya tidak dapat menemukannya dalam Firman Tuhan. Tidak, tidak! Saya yakin kasih karunia Allah secara efektif, dan saya tegaskan sekali lagi secara efektif, dapat mengubah Anda dan saya. Saya bersukacita dan kagum terhadap Injil karena Allah sanggup mengubah seseorang; Ia bahkan mampu merubah orang berdosa yang benar-benar rusak. Saya sudah melihat dan mendengar para gangster dan penjahat yang secara total telah diubahkan oleh kasih karunia tersebut. Saya bermegah dalam kasih karunia yang dapat mengubah seseorang. Bukan sekadar mengampuninya lalu meninggalkannya begitu saja, sehingga ia tetap berbuat dosa setiap hari tanpa ada pengharapan akan perubahan. Itu bukan kasih karunia. Kasih karunia dapat mengubah seseorang; bukankah itu Kabar Baik Injil? Dan karena itu, saya harus mengatakan bahwa saya kecewa terhadap Martin Lloyd Jones dalam hal ini (meskipun saya sangat menghormatinya), karena konsepnya tentang kasih karunia tidak lebih dari sekadar pengampunan. Sedang konsep saya tentang kasih karunia, semoga berdasarkan Firman Tuhan, melampaui pengampunan hingga transformasi. Kasih karunia mengampuni sekaligus mengubah sehingga Anda tidak perlu melakukan dosa yang sama berulang kali. Barangsiapa yang sudah berusaha untuk menjalankan kehidupan Kekristenan akan tahu bahwa jika hanya pengampunan yang ditawarkan Injil, Anda hanya akan mengalami rasa frustrasi yang abadi. Karena Anda akan terus menerus melakukan dosa yang sama dan selalu berkata, “Maaf, saya berharap tidak melakukannya tetapi saya telah jatuh ke dalam dosa yang sama lagi.” Injil macam apa ini? Lalu mengapa kita membutuhkan Roh Kudus? Apa yang Roh Kudus lakukan untuk saya? Apakah Ia tidak berbuat apapun? Jikalau Roh Kudus tinggal di dalam saya, apakah Roh Kudus melakukan apa-apa sama sekali? Roh Kudus tidak usah tinggal di dalam saya jika yang saya perlukan ialah diberi pengampunan terus menerus. Saya tidak membutuhkan Roh Kudus. Saya hanya perlu setiap hari datang kembali kepada Tuhan dan berkata, “Tuhan, saya minta pengampunan sebab saya melakukannya lagi” dan besoknya saya kembali berkata, “Saya minta pengampunan lagi” lalu “Saya minta pengampunan lagi” dan “Saya minta pengampunan lagi”. Lalu apa yang Roh Kudus perbuat? Apakah Ia berbuat sesuatu? Saya berminat untuk mengetahui apa yang Roh Kudus lakukan menurut Martin Lloyd Jones






Roh Kudus Mengakibatkan Perubahan di dalam Diri Kita






Apabila Roh Kudus melakukan sesuatu, maka Ia harus membuat buah-Nya berkembang di dalam diri saya. Buah Roh menurut Galatia 5:22 adalah kasih, sukacita, damai sejahtera dan lain-lain. Ia dapat mengubah orang yang tidak mengasihi menjadi orang yang mengasihi, itulah transformasi. Juga bila Ia dapat mengubah orang yang tidak murah hati menjadi orang yang murah hati, maka itulah juga transformasi. Lantas bagaimana mungkin kita berkata bahwa kita tidak dapat diselamatkan bila syaratnya adalah menjadi murah hati? Kita dapat diselamatkan. Saya sudah melihat karya perubahan itu. Pasti! Kemudian dengan gaya aneh dan tidak seperti biasanya (dan saya sedang berbicara tentang ulasannya mengenai Khotbah di atas Bukit), Martin Lloyd Jones mengontradiksi dirinya dalam dua paragraf selanjutnya. Saya berkata tidak seperti biasanya sebab Martin Lloyd Jones biasanya sangat-sangat tajam dalam pembahasannya dan tidak pernah mengontradiksi dirinya seperti itu, jika memang itu merupakan suatu kontradiksi. Dalam dua paragraf selanjutnya itu, ia mengatakan bahwa “apabila kita sudah diampuni Tuhan maka kita harus dari kewajiban mengampuni orang lain yang bersalah pada kita”. Kita harus “dari kewajiban” – itulah perkataannya sendiri - mengampuni orang lain [yang bersalah pada kita]. Jikalau kita harus “dari kewajiban” mengampuni orang lain, lantas apa artinya kewajiban? Apa artinya “dari kewajiban”? Lalu bisakah kita mengampuni atau tidak mengampuni? Bila kita dapat mengampuni, berarti kita sekadar melakukan apa yang Firman Tuhan ajarkan. Kita harus sampai pada suatu titik saat dimana kita mengerti dengan jelas, saya tekankan sekali lagi dan saya ulang beberapa kali, kita harus mengerti dengan jelas bahwa keselamatan dalam Firman Tuhan adalah kasih karunia Allah yang mampu mengubah orang berdosa menjadi orang kudus. Saya tegaskan kasih karunia mampu secara efektif mengubah orang berdosa menjadi orang kudus. Itulah sebabnya ajaran-Nya dapat digenapi karena kuasa-Nya tersedia. Tanpa kuasa tersebut, ajaran itu hanya akan menjadi impian kosong. “Berbahagialah orang yang murah hatinya”, tetapi kita tidak bisa menjadi murah hati, maka tidak ada lagi yang perlu dibahas. Lalu siapa yang akan berbahagia? Karena menurut Martin Lloyd Jones tak seorang pun dapat menjadi murah hati, maka tidak seorang pun yang akan berbahagia. Jadi pernyataan tersebut tidak relevan. Saya pikir entah bagaimana saudara kita Martin Lloyd Jones telah kehilangan penjelasan di bagian tersebut. Hal itu mungkin terjadi karena kuasa Allah mampu melakukannya. Kasih karunia Allah adalah cukup bagi kita. Itulah yang dikatakan Paulus di 2 Korintus 12:9. Kasih karunia-Nya cukup bagi kita dan kuasa-Nya menjadi sempurna dalam kelemahan kita. Itulah kebesaran Kabar Injil. Saya menyebutkan ini tentang Martin Lloyd Jones karena ia mengajarkan secara khusus tentang Khotbah di atas Bukit dengan pembahasan secara khusus tentang ayat tersebut. Karena mungkin Anda telah membacanya (saya berharap beberapa dari Anda mungkin telah membacanya, atau mungkin akan membacanya di masa mendatang), maka saya membuat ulasan tentang pembahasan Martin Lloyd Jones mengenai bagian tersebut.






Watchman Nee juga memberikan beberapa ulasan. Tetapi dalam kasus Watchman Nee, saya khawatir ulasannya membutuhkan lebih banyak penjelasan dibanding yang lain, sebab terus terang saya tidak tahu apa yang ia sedang bicarakan, sehingga saya sangat kecewa. Saya mengatakan ini tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Watchman Nee Ia berkata: “Kemurahan hati adalah sesuatu yang Anda berikan pada seseorang yang sebenarnya tidak berhak menerimanya.” Berarti, untuk menunjukkan kemurahan hati adalah memberikan sesuatu yang tidak berhak diterima seseorang. Apa yang dimaksudkan dengan “sesuatu”, terus terang saya tidak tahu. Sejujurnya beberapa tafsiran memerlukan lebih banyak lagi penafsiran. Pernyataan seperti ini… apakah yang dimaksud “sesuatu”? Apa artinya “sesuatu” yang kita berikan pada seseorang yang tidak berhak menerimanya? Apakah artinya itu? Apakah maksudnya adalah kebaikan? Ataukah cinta kasih? Itu sepertinya cocok untuk banyak hal, bukan hanya kemurahan hati. Apakah sesuatu itu yang seseorang tidak berhak menerimanya tetapi saya harus berikan padanya? Apakah itu? Saya berharap kepada Tuhan agar saat seseorang membuat suatu uraian, ia menuliskan sesuatu yang jelas dan mudah dipahami. Dalam kalimat selanjutnya ia mengatakan bahwa “Orang Kristen seharusnya tidak mencari keuntungan dari orang lain di dunia ini.” Apa hubungannya kalimat itu dengan kemurahan hati, saya kurang mengerti. Apa maksudnya mengambil untung dari orang lain? Itu memerlukan lebih banyak penjelasan definisi daripada sekadar ungkapan singkat yang membingungkan.






Sayangnya melihat-lihat buku-buku tafsiran memang merupakan kegiatan yang mengakibatkan frustrasi seperti yang banyak dari Anda pernah alami. Anda akan menjadi lebih bingung sesudah membacanya. Saya kenal seorang teman baik di Inggris yang spesialis dalam membaca buku tafsiran dan ia sering memprotes karena setelah membacakan banyak buku tafsiran, ia tampak jadi bingung. Saya ingin mengatakan ini karena begitu banyak kelemahan di gereja-gereja sekarang terletak pada kenyataan bahwa kita tidak sungguh-sungguh mengerti makna Firman Tuhan. Para pengajar kita pula tidak banyak membantu dan bahkan meninggalkan kita dalam kebingungan yang lebih besar setelah mereka menguraikannya.






Di Lukas 6:36 Tuhan Yesus berkata bahwa Anda harus murah hati seperti Bapa adalah murah hati. Anda harus “murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” Untuk mematuhi perintah itu, saya harus memahami apa artinya bermurah hati. Bukankah demikian? Bagaimana saya harus mematuhi suatu perintah sekiranya saya tidak mengerti maknanya? Saya tidak mengerti apa artinya bermurah hati. Saya juga tidak merasa tertolong ketika saya diberitahu untuk menunjukkan kemurahan pada seseorang yang tidak berhak menerimanya. Saya tidak tahu apa maksudnya. Sebab dalam situasi apa saya harus memberi seseorang sesuatu yang saya pikir ia tidak berhak menerimanya? Sesuatu apa yang ia tidak pantas menerimanya dan apa yang seharusnya saya berikan pada orang semacam itu? Saya berdoa kepada Tuhan agar sewaktu Anda menyampaikan Firman Tuhan, Anda akan mengajarkannya dengan uraian yang lebih jelas. Ketika para pemimpin gereja membahas seperti itu, Anda menjadi curiga bahwa mereka sendiri tidak betul-betul mengerti apa yang Tuhan Yesus sedang katakan. Itu benar-benar merupakan akar permasalahannya. Apabila para pemimpin gereja sendiri tidak tahu apa yang mereka ucapkan, sekiranya para pendeta sendiri mengucapkan ungkapan-ungkapan yang maknanya sekabur itu, lalu bagaimana kita sebagai jemaat akan dapat menaati Firman Allah? Jadi marilah kita membuka Firman Tuhan. Marilah kita mencoba untuk memahami dengan jelas apa yang Tuhan Yesus sedang katakan pada kita.






Makna kata “Murah Hati” dalam Firman Tuhan






Tanpa bertele-tele, tanpa mengaburkan arti, apakah maknanya bermurah hati dalam terang Firman Tuhan? Nah, cara mempelajari bagian Firman Tuhan mana pun tidak cukup hanya dengan membuka kamus dan mencari arti kata “murah hati” sebab kamus tidak akan membahas dengan mendalam. Cara mempelajari makna dari setiap kata-kata tertentu dalam ayat Firman Tuhan adalah dengan melihat bagaimana kata tersebut dipakai dalam Firman Tuhan itu sendiri. Bagaimana kata tersebut dipergunakan dalam Perjanjian Baru? [Untuk melakukan pencarian itu, Anda akan menyadari betapa pentingnya sebuah konkordansi]. Sebuah konkordansi bukan hanya berguna untuk mencari penempatan bagian referensi ayat yang terlupakan. Anda tidak bisa mengingat di mana bagian tersebut berada maka Anda mencarinya melalui konkordansi. Itu memang salah satu manfaat konkordansi. Namun konkordansi memiliki lebih banyak manfaat yang lebih penting. Saya menjelaskan hal ini karena saya tidak ingin sekadar menguraikannya pada Anda tetapi saya ingin Anda tahu bagaimana cara memahaminya. Saya tidak ingin sekadar memberi Anda ikan tetapi saya ingin juga mengajar Anda bagaimana cara memancing ikan, agar Anda tahu bagaimana cara mencari makanan rohani sendiri di masa depan. Sebuah konkordansi berharga karena Anda bisa memeriksa setiap referensi dari suatu kata tertentu dan bagaimana kata itu dipergunakan. Mempelajari penggunaan kata tersebut akan memberikan Anda makna yang lebih dalam daripada kamus manapun. Jika Anda membeli sebuah kamus teologia, semua penjelasan kamus teologia adalah berdasarkan metode ini. Apa yang penulis kamus teologia lakukan hanyalah memeriksa setiap referensi kata tertentu di dalam suatu konkordansi dan meringkasnya untuk Anda. Itulah yang ia lakukan bagi Anda, padahal Anda sendiri bisa melakukannya. Tetapi kalau Anda tidak mau melakukannya, atau Anda terlalu malas melakukannya, atau Anda merasa tidak punya waktu, maka Anda dapat meluangkan waktu setengah jam atau satu jam untuk membaca kamus teologia. Bila akhirnya Anda mendapat penjelasan lebih baik, maka itu tidak bermasalah. Jika tidak, Anda telah membuang waktu. Sebuah kamus teologia memberikan makna berdasarkan metode ini. Itu saja yang dilakukannya.






Jika kita melihat kata “murah hati” serta bagaimana kata itu dipergunakan dalam Perjanjian Baru, kita mulai mengamati satu faktor yang amat penting. Kita mendapati bahwa kata “murah hati” selalu dipakai dalam konteks Firman Tuhan yang berhubungan dengan akibat dosa. Berarti penawar yang dipakai Allah untuk mengatasi racun dosa ialah kemurahan hati. Cara Allah menangani dosa dalam Perjanjian Baru adalah dengan kemurahan hati-Nya. Misalnya kata ‘kemurahan hati’ dipakai dalam peristiwa orang buta yang berseru-seru pada Tuhan Yesus dan berkata, “Anak Daud, kasihanilah aku!” Apa yang dimintanya? Dalam pikirannya, ia meminta kesembuhan. Tetapi Tuhan Yesus menunjukkan kemurahan dalam pengertian bahwa setiap penyakit jasmani timbul akibat dosa. Seandainya tidak ada dosa di dunia, maka tidak akan ada penyakit dan semua dokter akan kehilangan pekerjaan. Karena jika tidak ada dosa, maka tidak ada penyakit; tetapi karena ada dosa, maka ada penyakit. Namun jangan mengira ada kaitan langsung antara dosa dengan penyakit sehingga jika seseorang sedang menderita sakit berarti ia telah berbuat dosa. Kaitan langsung seperti itu adalah keliru! Anda jangan pernah berkata, “Kamu sakit karena kamu telah berbuat dosa.” Tidak ada hubungan seperti itu sama sekali. Kesimpulan semacam itu adalah salah.






Itulah sebabnya waktu para murid mengajukan pertanyaan mengenai orang buta itu seperti tertulis di Injil Yohanes 9:2, “Siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya?” Jawab Tuhan Yesus, “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya.” Pertanyaannya bukanlah: “Apakah ia buta karena ia telah berbuat dosa, ataukah ia buta karena orang tuanya berbuat dosa?” Ia buta karena ada dosa di dalam dunia; yaitu dosa-dosa di dunia secara umum. Ada penyakit di dunia, dan kita sebagai bagian dari umat manusia harus menderita penyakit-penyakit umum seperti itu. Misalnya, ketika terjadi wabah flu. Apabila saat Anda terserang flu, pertanyaannya bukanlah: “Dosa apa yang telah kuperbuat sehingga aku terserang flu?” Jika demikian, cara tercepat untuk sembuh dari penyakit flu adalah cukup dengan segera berlutut dan bertobat – dan waktu Anda bangkit berdiri, penyakit flu itupun lenyap. Tidak semudah itu. Tidak, tidak! Penyakit flu memang ada di dunia. Anda menderita flu belum tentu karena Anda berdosa tetapi sebab penyakit flu itu memang ada di dunia. Karena seseorang bersin disamping Anda dan menebarkan virus di udara lalu Anda menghirupnya sehingga Anda terserang flu. Itulah cara cepat untuk diserang flu dan itu tidak ada kaitannya apakah Anda telah berbuat dosa atau tidak.






Seandainya ada kaitan langsung antara dosa dan penyakit, maka kita akan sangat bahagia sebab semua mafia seharusnya sudah mati sekarang akibat serangan penyakit-penyakit yang paling mengerikan. Sebaliknya kita yang berbuat dosa lebih sedikit akan terserang penyakit-penyakit lebih ringan, seperti pilek. Sementara semua anggota mafia akan merangkak akibat serangan penyakit-penyakit yang menakutkan. Sayangnya, para mafia justru berkeliling mengendarai mobil mewah dengan kondisi kesehatan yang sangat prima sedangkan orang-orang yang baik menjadi lemas karena sakit-penyakit. Jadi sama sekali tidak seperti itu! Tidak ada hubungan langsung antara penyakit dan dosa. Tetapi ada hubungan tidak langsung yakni segala penyakit yang ada di dunia timbul akibat dosa. Bila tidak ada dosa, maka tidak akan ada sakit-penyakit. Saya harus meluangkan sedikit waktu menjelaskan hal ini sebab masih ada konsep yang amat bodoh bahkan di kalangan orang-orang Kristen, yaitu saat seseorang sedang sakit, Anda bertanya, “Dosa apa yang ia perbuat?” Itu pertanyaan konyol! Itu jelas suatu kebodohan! Kesalahan itu masih dilakukan di beberapa kalangan orang Kristen, khususnya saudara-saudara seiman yang banyak menekankan kesembuhan. Anda jangan ikut dalam kesalahan tersebut.






Kemurahan Menghapuskan Akibat Dosa






Anda harus mengerti bahwa kemurahan merupakan penawar racun yang disediakan Allah untuk melawan dosa. Jadi waktu Tuhan Yesus menunjukkan kemurahan pada orang buta itu, Ia sedang membuang akibat dosa dari orang tersebut, bukan karena ia berbuat dosa tetapi ada akibat dosa seperti kebutaan, sakit-penyakit dan lain-lain. Itulah sebabnya Anda dapat melihat bahwa ketika Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya dan saat Ia menjelaskan pelayanan-Nya pada Yohanes Pembaptis, Ia berkata, “Saksikanlah! Orang buta melihat, orang tuli mendengar, orang lumpuh berjalan karena Kabar Baik sedang diberitakan.” Kaitannya adalah efek dosa sedang dibatalkan oleh kehadiran Kristus dan kuasa-Nya yang menyelamatkan.






Agar lebih spesifik, kita menemukan bahwa kemurahan hati di dalam Perjanjian Baru pada umumnya menunjuk pada pengampunan dosa. Sekali lagi saya katakan, itu pada umumnya. Dan contoh-contohnya terlalu banyak untuk dikutip secara detil. Misalnya di 1 Timotius 1:13 dan 16, Paulus mengatakan ia menerima kemurahan dari Allah saat ia menganiaya orang-orang Kristen serta membunuh beberapa di antara mereka. Ia menerima kemurahan karena ia melakukan perbuatan-perbuatan aniaya terhadap gereja itu karena ketidaktahuannya. Di sini kemurahan secara jelas bermakna pengampunan. Ia menerima kemurahan dalam arti ia menerima pengampunan karena ia menganiaya orang-orang Kristen dalam ketidaktahuan. Ia telah bertindak karena ketidaktahuan. Ia tidak menyadari bahwa Yesus adalah Kristus. Segera setelah menyadarinya, ia bertobat.






Di dalam Injil Lukas 1:77–78 Anda akan menemukan bahwa pengampunan dosa yang disebutkan pada ayat 77 memiliki kesamaan arti dengan kemurahan pada ayat 78. Hal itu menjadikan arti kata tersebut sangat spesifik dan sangat jelas. Juga di Surat Roma 11:31 – 32, ketika Paulus berkata bahwa orang-orang bukan Yahudi menerima kemurahan, yang dimaksudkan adalah mereka telah diselamatkan, dan mereka telah diampuni. Kemudian di Surat Efesus 2:4 Paulus berbicara mengenai kemurahan pengampunan Allah yang olehnya kita diselamatkan. Atau di Titus 3:5 ia berkata, “Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena kemurahan-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.” Ia bermurah hati untuk mengampuni kita dari dosa-dosa kita dan menyelamatkan kita. Jadi waktu kita mempelajarinya, tidak ada yang terlalu sukar maupun membingungkan untuk diperhatikan. Kata “kemurahan hati” tidak perlu dijelaskan dalam ungkapan-ungkapan yang maknanya kabur dan tidak dapat dipahami. Ungkapan seperti “memberikan pada seseorang sesuatu yang ia tidak berhak menerimanya”; itu tidak dapat dipahami. Kita bisa secara sederhana dan spesifik menjabarkannya. Syukur kepada Allah atas Firman-Nya yang begitu spesifik maknanya. Kemurahan hati secara sederhana berarti pengampunan! Bermurah hati berarti mengampuni. Apa yang begitu sulit untuk dimengerti tentang hal itu waktu kita mempelajarinya dalam Firman Tuhan? “Berbahagialah orang yang murah hatinya, yakni orang yang mengampuni, karena mereka akan beroleh kemurahan, artinya karena mereka akan diampuni.” Artinya begitu lugas, begitu jelas. Mengapa kita perlu mempergunakan ungkapan-ungkapan yang maknanya kabur dan tidak dapat dipahami, kecuali kita sendiri memang tidak memahaminya?






Itu merupakan pengajaran mendasar dari Tuhan Yesus, yakni kita diampuni ketika dan jika kita mengampuni. Namun jika kita tidak mengampuni, kita juga tidak akan diampuni. Tuhan Yesus mengatakannya secara jelas di Matius 6:12: “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Kemudian di ayat 14-15, Ia berkata, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” Kalimat ini sangat jelas maknanya, bagaikan perbedaan yang sejelas hitam dan putih. Tidak ada yang membingungkan seperti para pemimpin gereja kita yang menjabarkan dalam istilah-istilah yang kita tidak bisa mengerti. Semoga mereka sendiri memahami apa yang mereka sampaikan. Sebaliknya Tuhan Yesus sangat spesifik. Jika Anda tidak mengampuni, Anda tidak akan diampuni. Ini justru bertentangan dengan pernyataan dari sahabat kita Martin Lloyd Jones






Secara jelas Tuhan Yesus mengungkapkan apakah Anda akan diampuni atau tidak, tergantung apakah Anda akan mengampuni orang lain atau tidak. Apakah saya mengampuni atau tidak, tergantung pada apakah saya telah diubahkan atau belum. Sebab jikalau saya belum diubahkan, Anda tidak akan menerima pengampunan apapun dari saya. Itu sudah pasti akan terjadi karena sifat dasar manusiawi saya, yang mengutamakan diri saya sendiri. Saya tidak akan memberi Anda kesempatan selama Anda berhutang sesuatu pada saya. Saya akan memastikan Anda membayar hutang sampai rupiah terakhir. Tetapi oleh karena Allah sudah mengubahkan hidup saya, maka saya tidak memaksa Anda untuk membayar hingga rupiah terakhir atau mungkin Anda tidak perlu membayar satu rupiah pun. Sebagaimana Allah telah mengampuni saya dengan cuma-cuma, jadi saya juga mengampuni Anda dengan cuma-cuma. Kasih karunia Allahlah yang membuat seluruh pengajaran ini dapat diterapkan. Tetapi kita tidak boleh mengurangi ajaran tersebut. Kita tidak punya hak menguranginya, karena Allah mampu mengubahkan kita.






Kemurahan Hati Berarti Mengampuni Musuh






Saya sangat tersentuh tentang kisah Dennis Yeo dan saya akan ceritakan tentang dia. Oleh karena ia akan menjadi pembicara kita dalam retret musim panas nanti, Anda perlu mengetahui sesuatu tentang dia. Seperti yang banyak dari Anda sudah tahu bahwa Dennis merupakan seorang insinyur yang bekerja di tempat berbahan bakar nuklir di Westinghouse, Amerika Serikat. Dennis menjadi pria dewasa tanpa pernah mengenal siapa ayahnya. Mengapa? Karena ayahnya dibunuh oleh tentara Jepang di Singapura pada masa Perang Dunia II. Ia memang berasal dari Singapura. Saat itu ayahnya sedang bertugas untuk misi kemurahan hati (dan kita juga sedang berbicara tentang “kemurahan hati”) sebab ayahnya adalah anggota tim Palang Merah. Ia bertugas dalam misi dengan mengemudikan sebuah ambulan yang secara jelas bertanda Palang Merah. Ketika tentara Jepang sedang membombardir Singapura, ada banyak jatuh korban cedera berat di mana-mana. Sebagaimana banyak dari Anda ketahui mereka mempergunakan artileri-artileri dan senapan-senapan jarak jauh dan menyerang dari arah Malaysia ke Singapura. Ayah Dennis berkeliling menolong yang terluka, melarikan mereka ke rumah sakit dan berusaha menyelamatkan nyawa mereka. Anda tentu tahu bahwa tentara Jepang tidak mematuhi hukum internasional apapun, mereka tidak menghormati Palang Merah atau bentuk salib (palang) apapun, maka waktu tentara Jepang menyeberangi selat antara Malaysia dan Singapura, mereka pergi berkeliling dan menembak dan membunuh siapapun yang dilihatnya. Ayah Dennis yang sedang keluar dalam tugas misi, terakhir terlihat dibawa pergi oleh tentara Jepang. Setelah itu ia tidak pernah nampak lagi. Jadi Dennis bertumbuh tanpa pernah berkesempatan melihat ayahnya lagi sebab saat itu ia masih bayi. Saya benar-benar merasa amat tersentuh. Apa perasaan Anda terhadap orang Jepang jika mereka pernah secara brutal membunuh Ayah Anda?






Suatu hari ia datang ke apartemen kami di London, Inggris, dan kebetulan ada seorang teman Jepang di dalam apartemen kami itu. Orang Jepang itu adalah orang Kristen. Dennis datang ke tempat saya dan saya berpikir, “Oh tidak, saya tidak tahu ia akan datang mengunjungi saya saat teman dari Jepang ini sedang ada di apartemen saya.” Saya berpikir, “Apa reaksinya nanti waktu saya beritahukan ada orang Jepang di apartemen saya?” Jadi saat ia sedang naik tangga, saya katakan padanya, “Dennis, saya tahu orang Jepang telah melakukan banyak hal buruk terhadapmu dan keluargamu (pamannya ditangkap dan yang lain mengalami hal-hal lainnya). Saat ini ada orang Jepang di apartemen saya, tetapi ia adalah orang Kristen.” Dennis menoleh pada saya. Ia berhenti sejenak sambil berpikir. Ia berkata, “Tidak apa-apa. Tidak apa-apa.” Jadi ketika kami masuk, Dennis bersalaman dengannya dan menyapanya. Sejenak kemudian Dennis berkata, “Tahukah Anda, saya ingin terus terang bicara, ayah saya dibunuh oleh tentara Jepang.” Saya pikir, “Oh, tidak! Apa yang akan terjadi bila hal itu dibahas terus?” Teman dari Jepang itu terlihat sangat sedih mendengarnya. Lalu Dennis melanjutkan, “Tetapi jangan kuatir. Kasih Kristus sudah mengubah hati saya. Saya mengasihimu sama seperti yang lain.” Itulah kasih karunia Allah!






Wajar saja jika Dennis memandang orang itu dengan penuh kebencian, namun ia berkata, “Saya mengasihimu dalam nama Kristus. Segalanya sudah diampuni.” Nah, inilah kasih karunia Allah! Ia bermurah hati terhadap seseorang yang sebenarnya secara manusia ia harus benci. Melainkan Anda mengampuni, Anda tidak akan diampuni. Mengapa Martin Lloyd Jones berkata bahwa jika tergantung pada sikap mengampuni kita maka kita tidak dapat diselamatkan? Alangkah sayangnya ia telah meremehkan kasih karunia Allah. Apakah ia sungguh-sungguh bermaksud mengatakan demikian? Tentu itu bukan hal yang mustahil sebab bersama Allah segalanya menjadi mungkin. Ia dapat memampukan kita untuk mengampuni. Terus terang saya sendiri juga tidak tahan dengan orang Jepang. Berapa banyak orang Cina yang bisa bersabar terhadap orang Jepang setelah mengalami apa yang kami deritai dalam Perang Dunia II? Kita menderita banyak hal. Rumah tangga saya berantakan. Saya bahkan hampir tidak mengenali ayah saya lagi. Ayah saya masuk ke kawasan pendalaman, memutuskan untuk melawan sampai tentara Jepang terakhir bila memang perlu; memutuskan sekiranya kami tidak meraih kemenangan, ia tidak akan melihat wajah-wajah kami lagi. Kami ditinggalkan di belakang barisan tentara Jepang. Saya sudah mengalami kehilangan banyak hal. Tetapi saya dapat belajar mengampuni sebab Allah telah mengubah saya. Hari ini saya mengasihi orang-orang Jepang. Saya dapat secara tulus mengatakan bahwa saya sungguh-sungguh mengasihi mereka. Bukan sekadar mengampuni mereka dan berkata, “Baiklah, lupakan saja!” tetapi saya sungguh mengasihi mereka. Dengan kasih Kristus yang begitu sulit untuk saya pahami, saya tidak tahu mengapa saya mengasihi mereka tetapi saya memang mengasihi mereka.






Kemurahan Hati Berarti Mengasihi Musuh






Mengasihi musuh – itulah inti kemurahan hati! Siapapun yang berbuat salah terhadap Anda, yang menyakiti Anda, pada kenyataannya ialah musuh Anda, tidak peduli berapa singkat waktunya permusuhan itu. Jadi apabila istri Anda menyakiti Anda, atau suami Anda menyakiti Anda, maka saat itu suami atau istri Anda menjadi musuh Anda. Tidakkah demikian? Jadi Anda perlu mengampuni istri atau suami atau teman Anda yang telah menyakiti Anda, karena selama masa mereka telah menyakiti Anda, mereka telah menjadi musuh Anda.






Bahkan seorang murid dapat menjadi musuh gurunya. Ingat apa yang Petrus lakukan? Waktu Tuhan Yesus berkata Ia akan disalibkan, Petrus berkata, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Itu tidak perlu terjadi pada-Mu, Tuhan. Dia berusaha menghalangi perjalanan Tuhan Yesus menuju salib. Dan Tuhan Yesus menjawab, “Enyahlah Iblis.” Kata “Iblis” berarti musuh. Kata “Iblis” berarti lawan. Ia berkata [pada Petrus]: “Enyahlah Iblis” karena pada saat itu Petrus sudah menjadi Iblis, sudah menjadi musuh, sudah menjadi musuh Yesus. Oleh karena itu, kemurahan hati mengandung arti mengasihi musuh Anda. Itulah artinya, sebab untuk mengampuni seseorang, yang jika saat itu tidak menyakiti Anda, sehingga ia tidak menjadi musuh Anda, Anda tidak perlu mengampuninya. Tetapi jika ia telah menyakiti Anda, maka Anda perlu mengampuninya. Dan Allah memberikan kita kasih karunia untuk mengampuni semua kerusakan yang orang lain sudah timbulkan pada kita. Orang-orang yang telah memfitnah Anda, bisakah Anda mengampuni? Kita harus mengampuni! Kita harus mengampuni, kalau kita ingin menerima kemurahan hati Allah – karena Ia sudah mengampuni secara menyeluruh. Pada kenyataannya, hal itu begitu penting sehingga Tuhan Yesus menggunakan satu perumpamaan untuk mengajarkan hal yang penting itu.






Kemurahan Hati dalam Perumpamaan Hamba yang Tidak Mengampuni






Perumpamaan ini dikenal sebagai Perumpamaan tentang Hamba yang Tidak Mau Mengampuni (Matius 18:23). Dan di ayat 33 dalam perumpamaan penting itu, Anda akan menemukan kata “mengasihani” (atau, bermurah hati). Maksud perumpamaan tersebut adalah untuk memberikan suatu ilustrasi akan pengajaran Tuhan Yesus di Matius 6, yaitu apabila Anda tidak mengampuni, maka Anda tidak akan diampuni. Saya telah berkhotbah tentang perumpamaan ini dan saya tidak akan membahas lebih dalam lagi. Tetapi pesan pengajaran perumpamaan tersebut adalah terlalu sangat jelas dan jauh dari segala bayangan yang meragukan. Ijinkan saya meringkaskannya untuk Anda.






Anda mungkin ingat ada pejabat pemerintahan yang berhutang jutaan dolar kepada tuan dan rajanya. Dan ia tidak mampu membayar hutang jutaan dolar itu. Jadi ia harus dijual dalam perbudakan bersama semua anggota keluarganya, yang menurut kebiasaan zaman itu berlaku bagi para pejabat tinggi pemerintah yang gagal melakukan tugasnya. (Mungkin mereka seharusnya melakukan yang sama pada para pejabat pemerintah masa kini juga, yang mengacau-balaukan kerja mereka.) Tetapi orang itu datang ke hadapan raja dan memohon pengampunan. Katanya, “Aku tidak mampu membayarnya. Kasihanilah aku! Kasihanilah keluargaku! Kasihanilah!” Jawab raja, “Baik, aku mengampunimu. Karena kamu sudah bertobat, aku bebaskan kamu.” Saya yakin Anda tahu kelanjutan kisah perumpamaan tersebut. Orang itu pergi keluar dan bertemu seorang rekan pejabat yang berhutang beberapa dolar padanya dan ia menarik temannya itu dengan memegang di leher temannya itu sambil berkata, “Mana uang dolar yang kau hutang padaku? Kamu berhutang 20 dolar padaku. Serahkan 20 dolar itu.” Temannya tidak punya 20 dolar untuk diserahkan, maka ia dimasukkan ke penjara. Kemudian ketika kabar itu sampai pada raja, ia memanggil pejabat itu dan berkata, “Aku mengampuni kamu. Aku sudah bermurah hati terhadap kamu. Bukankah seharusnya kamu juga bermurah hati pada orang lain? Karena kamu tidak bermurah hati pada orang itu, maka pengampunan yang sudah kamu terima itu dibatalkan. Karena kamu tidak mengampuni, maka kamu juga tidak akan diampuni” – meskipun sebelumnya ia telah diampuni.






Perhatikan ini betul-betul: ajaran Tuhan ini bertentangan dengan doktrin “sekali selamat, tetap selamat”. Walaupun ia telah diampuni, namun pengampunan itu dicabut dan selanjutnya ia dimasukkan ke dalam penjara. Di sana dikatakan bahwa ia diserahkan kepada para algojo sampai ia membayar seluruh sisa hutangnya, yang tentunya berarti ia tidak akan pernah dapat melunasinya sebab di dalam penjara, Anda tidak mendapat upah satu sen pun. Tidak ada cara baginya untuk melunasi hutangnya. Ia sudah berakhir. Itu adalah cara lain untuk mengatakan bahwa ia sudah kehilangan segalanya. Karena ia tidak mengampuni, maka ia juga tidak diampuni! Meskipun ia telah menerima pengampunan sebelumnya, namun pengampunannya dicabut karena ia terbukti tidak layak untuk menerima pengampunan itu. Ajaran Tuhan amatlah jelas. Tidak ada makna yang kabur di sini. Tidak ada cara bagi Anda untuk memutarbalikkan kalimat ini atau berkelit-kelit tentang ungkapan tersebut. Mereka sangatlah jelas!






Kebutuhan Kita Saat ini akan Kemurahan Hati






Marilah kita simpulkan pokok yang pertama ini. Menjadi murah hati memiliki arti yang cukup sederhana, yaitu mengampuni. Sekiranya apabila Anda tidak mengampuni, Anda juga tidak akan diampuni. Tetapi jikalau Anda bermurah hati atau berbelas kasihan kepada orang lain, Anda akan menerima kemurahan atau belas kasihan. Bagaimana kita dapat menjadi bermurah hati? Semoga Allah mengubah kita! Semoga Ia mengubahkan kita sehingga kita menjadi orang-orang yang murah hati oleh karena kasih karunia-Nya!






Pokok yang kedua adalah bagian lain dari kemurahan hati. Bilamana kita mempelajari penggunaan kata kemurahan hati dalam Firman Tuhan, kita menemukan dua cara kata kemurahan hati itu dipergunakan. Jikalau kita berhenti pada makna pertama saja, kita akan kehilangan kekayaan makna yang terkandung di dalamnya. Hal pertama berbicara mengenai pengampunan Allah atas dosa-dosa kita, tetapi itu bukan berarti kita memerlukan kemurahan hati hanya ketika pertama kali kita menjadi orang-orang Kristen. Apakah kita memerlukan kemurahan Allah hanya saat kita bertobat atas dosa-dosa kita, kita dibaptis, kita datang pada Kristus, dan selanjutnya kita tidak lagi memerlukan kemurahan, apakah demikian? Bila kita berpikir seperti itu, kita benar-benar salah. Dan kita kehilangan bagian lain dari makna kemurahan hati, yang amat berharga.






Anda akan menemukan banyak kali penggunaan kata “kemurahan” dengan makna yang satu lagi di Perjanjian Baru seperti ketika Paulus berkata “kasih karunia, kemurahan dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau. ” “Kasih karunia, kemurahan dan damai sejahtera dari Allah Bapa.” [diterjemahkan oleh LAI sebagai “rahmat” – pent.] Kita masih membutuhkan kemurahan-Nya yang tak berkesudahan. Hal ini dapat kita temukan pada 1 Timotius 1:2, misalnya saat Paulus berbicara pada Timotius, “kasih karunia, kemurahan dan damai sejahtera dari Allah Bapa...” Kita masih memerlukan kasih karunia. Kita masih membutuhkan kemurahan. Kita masih membutuhkan damai sejahtera. Begitu pula di surat 2 Yohanes 1:3 misalnya, kita menemukan kata-kata yang persis sama: “kasih karunia, kemurahan dan damai sejahtera.” Juga di Galatia 6:16, Paulus berkata “damai sejahtera dan kemurahan... atas Israel milik Allah.” Saya mengutip contoh-contoh tersebut untuk menunjukkan bahwa kemurahan atau belas kasihan bukan hanya sesuatu yang Anda perlukan di masa lalu ketika Anda diampuni dari dosa-dosa, tetapi kemurahan adalah sesuatu yang kita terus perlukan di masa sekarang.






Mengapa? Mengapa kita masih memerlukan kemurahan? Karena kita masih bergumul melawan dosa. Saya baru mengatakan bahwa kemurahan hati adalah penawar yang dipakai Allah terhadap dosa. Kita masih bertempur melawan dosa. Dan karena kita terus bertempur melawan dosa, kita memerlukan dukungan kemurahan Allah dalam perjuangan melawan dosa. Kita melihat kata ‘kemurahan’ dipakai lagi misalnya di Ibrani 4:16, “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima kemurahan dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” Artinya kita terus menerima kemurahan sekarang, bukan hanya di masa lampau. Mengapa kita menghampiri takhta kasih karunia? Mengapa kita datang kepada Allah di dalam doa? Supaya kita menerima kemurahan! Lalu apa artinya di dalam konteks? Konteks di ayat 15 misalnya memberitahukan pada kita, bahwa karena kita dicobai oleh dosa dan kita amat lemah. Kita lemah. Karena kita lemah dan dicobai oleh dosa, kita membutuhkan dukungan kemurahan Allah untuk menopang kita hari demi hari. Kemurahan Allah merupakan jawaban luar biasa dari Allah atas dosa, atas kelemahan rohani kita. Kemurahan-Nya menopang dan mendukung kita. Jadi kemurahan adalah kasih karunia Allah, suatu kasih karunia yang khusus dari Allah (karena kasih karunia adalah satu kata yang sangat luas artinya, tetapi dalam kemurahan kita mempersempit makna kasih karunia kepada pengertian yang khusus, yaitu pertolongan untuk menang atas dosa). Pokok ini sangat jelas dalam Firman Tuhan, tidak ada yang kabur atau membingungkan.






Kalau kita perhatikan, kemurahan dan penghakiman merupakan kata-kata yang berlawanan. Sebagai contoh, di Yakobus 2:13 kita melihat penjelasan dari Yakobus sendiri atas Firman Tuhan. Yakobus 2:13 menuliskan demikian: “Sebab penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan.” [Kata “kemurahan” dan “belas kasihan” diterjemahkan dari kata Yunani yang sama – pent.] Ingat ayat ini baik-baik. Penghakiman yang tak berbelas kasihan berlaku atas orang yang tidak menunjukkan belas kasihan. Ini adalah sisi negatif dari ajaran Tuhan. Ini merupakan ajaran yang sama tetapi disampaikan dalam bentuk negatif. Namun ada yang bernada positif: “Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman.” Itu menunjukkan kemenangan kemurahan Allah atas penghakiman. Belas kasihan Allah, yang merupakan kasih karunia-Nya yang menyelamatkan kita, membebaskan kita dari penghakiman. Itulah sebabnya belas kasihan menang atas penghakiman. Bukankah itu hal yang indah? Tetapi jikalau Anda tidak menunjukkan belas kasihan pada orang lain, maka penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas diri Anda. Anda harus menjadi tipe orang tertentu untuk diselamatkan; yakni, seorang yang murah hatinya. Ah, alangkah indahnya! Kita dipanggil untuk bermurah hati. Kita diwajibkan untuk bermurah hati. Itu bukan pilihan. Keselamatan kita bergantung padanya! Biarlah kasih karunia Allah berkarya dalam hidup kita!






Tuhan Menghendaki Belas Kasihan dan Bukan Persembahan






Satu pokok terakhir dan kita harus tutup karena saya ingin menunjukkan pada Anda indahnya kemurahan Allah yang menopang kita. Tuhan Yesus dua kali mengutip ungkapan indah yang ada di Hosea 6:6. Pertama Ia mengutip di Matius 9:13 dan kemudian di Matius 12:7. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya inti ajaran dari ayat yang dikutip dua kali itu. “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan” Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan. Apa artinya? Persembahan adalah tindakan agamawi yang tampak dari luar. Anda menyembelih seekor domba atau lembu, atau apapun itu untuk dipersembahkan. Itu adalah tindakan agamawi yang di luar. Tuhan Yesus mengatakan, “Yang Kukehendaki bukan ketaatan agamawi yang di luar dan disebut persembahan, tetapi Aku menginginkan belas kasihan dari dalam hati. Aku ingin engkau menjadi orang yang berbeda dari yang sebelumnya.”






Ada banyak sekali orang-orang berdosa dan orang-orang munafik serta orang-orang yang jahat yang sangat beragama. Hal ini sangat memuakkan. Mereka berkeliling melakukan kegiatan-kegiatan agamawi mereka. Mereka berpikir bahwa dengan sejumlah kegiatan-kegiatan agamawi itu – dengan mempersembahkan kurban di meja persembahan, melambai-lambaikan kemenyan, dan menyerukan ungkapan-ungkapan yang tidak jelas namun agar tampak agamawi dan berhenti di beberapa bagian untuk dapat menyerukan beberapa “Haleluya” dan “Puji Tuhan”… dan semua hal semacam itu disebut agama! Tetapi Tuhan Yesus berkata, “Aku tidak peduli tentang kegiatan-kegiatan agamawimu dan kurban-kurban persembahanmu, tetapi yang ingin Aku lihat adalah belas kasihan di dalam hati. Itulah yang Kucari.” Jadi apa yang Ia sedang cari? Kita telah melihat pertama itu berarti jika saya bermurah hati atau berbelas kasihan, maka saya harus mengampuni. Oleh anugerah Allah saya mengampuni. Saya tidak mampu melakukannya dengan kekuatan saya sendiri. Tetapi apa artinya yang kedua? Kasih karunia Allah yang menopang bekerja di dalam diri saya. Apa artinya kasih karunia Allah yang menopang bekerja di dalam saya? Saya akan beritahukan.






Membangun Suatu Tim dengan Atmosfir Belas Kasihan






Saya bertanya-tanya apakah ada dari antara Saudara yang pernah menjadi seorang pelatih? Suatu hari saya sedang berbagi cerita dengan Saudari kita, Margaret, tentang bagaimana hari-hari muda saya saat saya memimpin sebuah tim pemain bola. Saya telah memutuskan untuk membentuk sebuah tim besbol. Jadi saya mengajak sejumlah teman dari jalanan dan banyak dari mereka yang belum pernah melihat permainan besbol selama hidup mereka. Saya mengajak para anak jalanan itu dan berkata pada mereka: “Bagaimana kalau kita belajar bermain besbol?” Kata mereka, “Kami akan mencobanya kalau kami tahu permainan macam apa itu.” Jadi saya mengumpulkan para pemain yang tak berpengalaman itu dari jalanan dan saya melatih mereka bersama. Sesudah dua bulan berlatih, saya berkata pada diri sendiri, “Sekarang waktunya menguji mereka.” Saya punya seorang kawan yang bermain dalam suatu tim besbol yang sangat bagus di sekolah Santo Fransiskus Xaverius di kota Shanghai. Mereka mempunyai tim besbol yang amat tangguh: permainannya sangat efisien, sangat terencana, dan sangat terlatih. Sementara saya memiliki sejumlah pemain yang masih mentah datang dan bermain melawan sekolah Santo Fransiskus Xaverius. Jadi kami pergi ke sana dan mendapatkan pengalaman yang memalukan dalam hidup kami. Mereka benar-benar memukul kami sampai pingsang. Perbandingan skor sangat memalukan; sepertinya tidak perlu lagi dituliskan tambahan skor yang didapat mereka. Ketika perolehan skornya mencapai 36 lawan skor 2 atau 3 saja, kami hampir tidak mampu membahasnya. Kami melihat perbedaan perolehan nilainya bagaikan bumi dan langit. Seusai pertandingan kami melihat sebagian kawan yang merasa sangat sedih dan patah hati membuang tongkat besbol dan sarung tangan mereka. Maka saya bisa saja berkata kepada orang-orang itu, “Kalian benar-benar tak berguna! Kalian layak dilempar ke tong sampah! Menyingkirlah dari sini! Saya tidak mau melihat wajah-wajah seperti kalian lagi. Kalian betul-betul mengecewakan! Kalian menyia-nyiakan waktu saya! Dasar sampah!” Nah, jika begitu cara Anda melatih sebuah tim, apa gunanya melatih suatu tim sebab tidak akan banyak anggota yang tersisa setelah perkataan seperti itu?






Apakah artinya belas kasihan atau kemurahan hati? Maknanya adalah: sesudah orang-orang berbuat salah dalam melaksanakan suatu tugas – sesudah mereka berbuat kesalahan dalam tugasnya dan telah mengacaubalaukan semuanya – maka Anda datang pada mereka dan berkata, “Lihat! Kita sudah melakukan kesalahan. Kita telah berbuat salah dan kita memang patut kalah. Tetapi jangan berkecil hati! Mari kita perbaiki bersama. Mari kita pelajari kesalahan kita; mari kita lihat apa yang telah salah. Janganlah kita menangisi nasi yang telah menjadi bubur. Kita sudah dipermalukan hari ini. Mereka memperlakukan kita seperti sebuah karpet; mereka berjalan menginjak-injak kita. Tetapi itu semua belum berakhir. Mari melapangkan dada; mempelajari kesalahan kita, kegagalan kita dan kelemahan kita; dan berusaha mencari cara untuk memperbaikinya. Kita akan melawan mereka sekali lagi. Mari kita sama-sama berusaha mempelajari dan memperbaiki segala kesalahan kita.” Tentu saja itu membutuhkan waktu yang panjang, karena kami berbuat salah dalam segala hal. Maka kami mempelajari semua kesalahan dan kegagalan itu lalu menjabarkannya satu persatu dan barulah kemudian kami menyusun jadwal untuk merencanakan perbaikan atas setiap hal.






Di tahun berikutnya, kami berkata pada tim dari sekolah Santo Fransiskus Xaverius: “Bagaimana kalau kita bertanding lagi?” Jawab mereka, “Oh, tidak! Kelompok anak ingusan itu lagi! Mereka terlalu konyol! Mereka membuang waktu kami.” Jadi kami berkata, “Baik! Baik! Berikan kami kesempatan sekali lagi bermain dengan tim kalian.” Dan mereka setuju, karena kami bersahabat dengan mereka dan demi persahabatan, mereka rela membuang beberapa jam lagi. Maka kami memasuki lapangan dan bermain melawan mereka. Kata mereka, “Hei! Tim ini berbeda!” Hasilnya, mereka mengalami kekalahan! Mereka kalah 12 lawan 8. Mereka amat terkejut karena dalam 12 bulan kami mampu kembali bertanding dan mengalahkan mereka. Pada tahun berikutnya kami bermain di divisi teratas yaitu Divisi A dalam pertandingan antar klub di Shanghai, sementara mereka (tim dari sekolah Santo Fransiskus itu) sedang berjuang untuk mendapatkan satu tempat di Divisi 2. Kami bermain dengan tim-tim yang terbaik!






Keindahan Kemurahan dalam Kehidupan Rohani






Itulah yang saya maksudkan tentang kemurahan hati atau belas kasihan. Kemurahan! Itu adalah hasil perbuatan kemurahan hati. Kita bisa saja mencoret nama para pemain itu dan berkata, “Kalian tidak berguna! Tinggalkan tempat ini!” Tetapi dengan adanya suasana belas kasihan, kita bisa berkata, “Tidak apa-apa. Kita sudah mengacaukan semuanya tetapi kita akan belajar dari kesalahan kita dan kita akan menjadi lebih baik.” Kalau diterapkan ke dalam kehidupan rohani, hal ini merupakan sesuatu yang sangat indah. Sesudah seorang saudara berbuat dosa lalu Anda berkata, “Kamu orang Kristen dan kamu melakukan hal seperti ini!” Anda menyudutkan dia dan berkata, “Orang Kristen tidak berbuat seperti ini. Kamu ini menjijikkan!” Maka saudara Anda akan berkata pada dirinya sendiri, “Mungkin aku harus berhenti menyebut diriku Kristen. Mungkin aku tidak perlu lagi ke gereja. Aku telah mempermalukan Allah; aku menjadi suatu keaiban bagi gereja dan semua orang. Selamat tinggal. Aku pergi sekarang.”






Bagaimana Anda akan menolong orang seperti ini? Melalui penghakiman, Anda telah menghancurkan orang itu karena dia telah gagal. Tetapi sebenarnya Anda bisa mengambil sikap bermurah hati dan berkata, “Anda telah gagal. Anda sudah mengacaukan semuanya. Anda benar-benar sudah mengacaukan semuanya.” Anda harus berbicara dengan terus terang, kekacauan adalah kekacauan. “Tetapi kasih karunia Allah itu cukup. Jangan menyerah! Marilah maju bersama-sama. Mari mencoba lagi. Mungkin Anda akan gagal lagi, tetapi tidak akan seburuk kali ini. Dan selanjutnya Anda mungkin masih gagal lagi tetapi… kemudian Anda berhasil oleh karena kasih karunia Allah. Anda akan meraih kemenangan pada akhirnya. Anda akan mencapai kemenangan. Anda pasti berhasil mencapainya. Pasti!” Anda memberikan orang itu harapan melalui kemurahan hati. Tetapi bila Anda memaki orang itu Anda telah mengusir semua harapan dari orang itu. Semuanya akan berakhir di situ!






Saya bertanya-tanya berapa banyak orang yang melakukan bunuh diri karena sesudah seseorang menghakimi mereka dan memaki mereka dengan berkata, “Kamu ini tidak ada harapan, kamu tidak menghasilkan apa-apa, kamu tidak berguna”? Karena tidak ada lagi pengharapan, mereka melakukan tindakan bunuh diri. Hidup tidak lagi berarti. Tetapi kemurahan belas kasihan Allah, yakni kasih sayang Allah, merupakan anugerah yang Ia sediakan. Daud berdosa dan Allah bisa saja berkata, “Kamu ini sampah. Jadi Aku akan membuangmu.” Namun Allah berbelas kasihan atas dia. Daud bertobat dan berkata, “Tuhan, aku sudah berdosa. Aku telah berbuat salah besar! Sekarang, perlakukanlah aku menurut keadilan-Mu.” Dan Allah mengadilinya tetapi Allah menaruh belas kasihan. Allah tidak membuangnya. Selanjutnya Daud berdosa lagi tetapi Allah kembali menaruh belas kasihan atasnya, waktu ia bertobat. Itulah sikap yang benar.






Sikap bermurah hati berlawanan dengan sikap menghakimi. Di Matius 7:1-2, Tuhan Yesus berkata (dan ini merupakan makna lain dari bermurah hati): “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Kadang kala kita bersikap sangat keras terhadap saudara-saudara seiman karena kita mengharapkan standar yang tinggi dari mereka. Dan saya juga mengakui kadang saya bersikap amat keras terhadap sesama Kristen; karena saya mengharapkan suatu standar yang tinggi. Tetapi saya menjadi amat kecewa dan kadang kala frustrasi, lalu menjadi emosi dan marah, sewaktu melihat orang-orang Kristen gagal. Tetapi bilamana saja ada pertobatan dan sikap menyesal, dan mereka bertobat dengan sungguh-sungguh di hadapan Allah, kita harus bermurah hati. “Anda telah membuat kekacauan. Anda harus memulai dari awal dan mencoba lagi.” Jika semua anggota tim berfungsi seperti itu, jika setiap anggota gereja berfungsi dengan cara ini, saya percaya kita dapat membentuk sebuah tim kerohanian yang berkemenangan. Saya menjadi heran dengan apa yang dapat dihasilkan oleh sekelompok anak-anak jalanan yang belum pernah melihat permainan bola dalam hidup mereka, lalu melatih mereka selama 12 bulan dan mereka bisa bermain dengan standar yang mengejutkan. Lalu melatih mereka lagi dalam 12 bulan berikutnya dan mereka bisa bermain dengan yang terbaik. Itu sangat menakjubkan, tetapi itu bisa terjadi karena kita secara terus menerus memberikan dorongan kepada mereka. Di Shanghai, banyak tim mengalami kehancuran akibat perselisihan antar pemain sendiri, perkelahian, saling menuduh, saling menjatuhkan secara diam-diam, dan sebagainya. Tetapi tim kami bersatu dalam semangat kemurahan terhadap satu dengan yang lain karena kami telah memulai segalanya dari awal dengan membuat sejumlah besar kesalahan dan akhirnya kami belajar untuk saling mengampuni. Dan bersama kami bertumbuh dan meningkat hingga kami menjadi bagian dari yang terbaik.






Saya menemukan hal itu merupakan pelajaran rohani yang amat berharga, yaitu belajar bermurah hati terhadap mereka yang lemah. Jadi Firman Tuhan mengajar kita untuk bermurah hati kepada mereka yang gagal. Tolonglah mereka! Tolonglah mereka bangkit kembali! Berbicaralah kepada mereka! Jangan menjatuhkan mereka. Berteriak pada mereka atau memaki mereka tidak akan menolong mereka sama sekali. Sekarang ijinkan saya mengatakan hal berikut ini. Kadang kala saya temukan banyak hubungan suami-istri gagal karena sang suami atau istri bersikap tidak mau mengampuni pasangannya. Akhirnya Anda berkata “Aku sudah muak dengan kamu. Kamu sudah melakukan kesalahan ini 50 kali dan aku sudah jenuh karenanya. Sekarang hentikan semua ini. Aku sangat marah!” Kita bisa terus berhubungan seperti ini, tetapi saya tidak yakin akan bisa bertahan. Hubungan kasih mula-mula mulai memudar menjadi sikap mudah menghakimi, dan saat itu terjadi pernikahan mulai mengarah pada kehancuran. Pernikahan hanya dapat bertahan jika Anda berperan bagaikan seorang anggota tim, dengan mengatakan, “Nah! Itu memang kesalahan yang buruk. Kamu sudah menimbulkan banyak kekacauan. Tapi kita akan mencoba lagi. Kita akan berusaha melakukan yang lebih baik lain kali. Jangan patah semangat. Kita akan maju bersama-sama. Bagaimanapun kita akan memenangkan peperangan ini.” Begitulah indahnya kehidupan Kekristenan.






Jadi marilah kita mengakhiri dan menyimpulkan pelajaran ini. Kini kita memahami makna kemurahan hati. Pertama-tama, kemurahan hati artinya mengampuni, tetapi itu juga berarti secara terus-menerus memberi dorongan semangat kepada mereka yang lemah. Menolong mereka berjalan menuju kemenangan hingga akhirnya mereka mampu berkemenangan atas dosa. Itulah ajaran Tuhan yang begitu indah. Jika kita hidup dengan cara ini: mengampuni musuh-musuh kita, mengampuni mereka yang telah menyakiti kita, dan menolong mereka untuk mengalami kemenangan rohani, maka kita ada keyakinan bahwa kita pasti menerima kemurahan Allah pada hari itu.